Senin, 15 April 2013

rekayasa pendidikan


Rekayasa Pendidikan di Indonesia

Posted: 6 April 2011 in OPINI
0
*Oleh: Ria Fitriani (MPKPK HMI Psikologi UMM)

Terbayangkah kita tentang bagaimana menjadi seseorang yang pintar namun sesungguhnya kepintaran kita adalah hasil rekayasa publik yang sama sekali tak ada gunanya, selama kita masih bisa membaca, menulis, dan menghafal teori-teori tentang ilmu yang kita pelajari maka kita akan dianggap pintar, namun sadarkah kita bahwa sesungguhnya hegemoni politik bermain dalam  sistem pendidikan di negara ini, yang nyata-nyatanya mendapat peringkat 38 dari 39 negara pada pendidikan setingkat SD, matematika tingkat SLTP mendapat rangking 39 dari 42 negara, kemudian IPA hanya mendapati peringkat 40 dari 42 negara peserta yang mengikuti tes yang diadakan oleh International Educational Achievement(IEA). Peserta didik hanya dibiarkan berkutat pada teori namun tak pernah ditunjukkan fenomena yang sesungguhnya terjadi.
Sebenarnya di Indonesia ini banyak pelajar yang pintar buktinya pada masa pemerintahan BJ. Habibie dulu sempat berlangsung pertukaran pelajar antar negara, namun itu pun tak berlangsung lama. Politik kembali merenggut kesempatan anak bangsa untuk “dipintarkan”. Tentu kita pernah mengalami pergantian sistem pendidikan dari kurikulum 45, lalu menjadi KBK, sekarang bahkan maraknya sistem Akselerasi. Apakah semua itu effektif, justru terkesan mencoba-coba, apalagi dengan sekolah Akselerasi yang digunakan sekarang. Negara maju seperti Amerika malah sudah lama meninggalkannya, karena dari hasil penelitian ternyata siswa hasil akselerasi malah tidak matang baik dari segi pelajaran maupun psikis, mereka yang harusnya memiliki kematangan secara bertahap dan sesuai urutannya malah disuruh melompat dari tahap perkembangannya, akibatanya banyak siswa yang stress dan tidak siap menghadapi tekanan yang memang dari tahap perkembangannya belum saatnya dijalani. Indonesia terkesan membanggakan hal yang belum pasti kebenarannya.



Partisipasi rakyat justru dimatikan dengan adanya UU sisdiknas tahun 2003 yang terkesan memihak penguasa, harusnya yang menjadi hak rakyat dalam menentukan kebebasan beragama justru menjadi ambigu ketika dominasi satu agama saja yang berperan, sehingga peserta didik secara tidak langsung dicekoki dengan doktrin-doktrin tertentu, harusnya sekolah menjadi dasar pengenalan kultur yang ada di Indonesia, bagaimana menyikapi perbedaan yang ada, dan media penanaman nilai selain dari keluarganya. Namun peran pendidikan kini beralih menjadi ladang penghidupan bagi agama yang mendominasi juga bagi “Penguasa”.
Pendidikan selain menjadi ladang pencapaian ideologis juga beralih fungsi sebagai penunjang ekonomi bagi sang “Penguasa”. Maraknya sekolah bertaraf internasional justru tak malah meningkatkan mutu peserta didik, tapi semakin menurun karena ternyata ada pergerakan lain yang berkedok peningkatan taraf pendidikan itu, biaya pendidikan justru semakin meningkat saat rakyat justru sedang terkungkung oleh faktor ekonomi lemah. Sebuah politik ekonomi tepatnya,stakeholder menyesuaikan aturan tentang pendidikan sesuai selera hatinya bukan untuk mempermudah dan memintarkan anak bangsa.




 Kebenaran akan pendidikan jadi ambigu karena seringnya disamarkan oleh kepentingan tertentu, harusnya peserta didik mampu mengaplikasikan dan mengenal fakta dari teori yang telah diberikan, bukannya malah tidak dirangsang sama sekali menjadi pribumi yang tak peka terhadap kondisi tanah yang dipijaknya saat ini, tak mengenal aturan nilai dan keberagaman yang dislogankan dengan Bineka Tunggal Ika.
Selain itu media yang diharapkan menjadi fasilitator untuk kemajuan pendidikan sendiri, sekarang malah sangat tidak mendidik siarannya terutama televisi. Menurut Kak Seto tayangan televisi yang benar-benar menampilkan pendidikan hanya bekisar 0,1% tak sampai satu persen malah selebihnya adalah hiburan dan perilaku agresifitas yang paling banyak dimunculkan. Bahkan anak sekarang di biarkan berkembang sebelum waktunya, dengan tak adanya lagu untuk anak-anak, tayangan televisi yang hampir 80% berisi sinetron, ini adalah akselerasi dari kedewasaan sendiri yang malah tak menghasilkan kematangan intelektual dan emosi. Kemana wajah pendidikan di Indonesia hari ini?
Jika dirunut lagi ternyata Indonesia kekurangan anggaran untuk program Pendidikan. Kemana perginya anggaran dana 20% dari anggaran belanja negara, yang idealnya dialokasikan untuk pendidikan. Tak pernah sampai 20% nyatanya, realitas yang tak pernah singkrons dengan harapan ideal, itulah cerminan pendidikan di Indonesia hari ini. Ladang subur yang gersang.

diambil dari sumber:
http://asyshihab.wordpress.com/2011/04/06/rekayasa-pendidikan-di-indonesia/

Rosul jadi pedagang ulung



Assalamualaikum,


Sekedar sharing........
Tadi malam saya berdiskusi dengan beberapa
sahabat mengenai lebih baik "KAYA atau MISKIN"?


Pertanyaan yang menggelitik, apalagi
ditengah potret "kemiskinan" yang dipertontonkan saudara2 kita yang lebih
memilih profesi sebagai pengemis.
(Tentu tidak demikian dengan teman2 komunitas TDA yang penuh semangat bekerja untuk "Bersama Menebar Rahmat")


Jadi teringat beberapa tulisan
singkat dari salah satu pakar keuangan syariah di account twitternya (http://www.twitter.com/ahmadgozali).
Berikut kutipan "kicauan"
beliau yang semoga bisa bermanfaat untuk kita semua agar lebih rajin bekerja
dan bersedekah.

Rasulullah SAW adalah salah seorang
yang pernah mengalami masa kaya raya, biasa-biasa saja, sampai masa sulit
sekalipun. Sehingga kita selalu bisa mengambil contoh dari kehidupan beliau.
1. Saat kaya raya, Rasulullah bersedekah luar biasa sampai ada yang bilang "Ia memberi seperti orang yang tidak takut miskin".
2. Dalam kondisi normal, Rasul hidup bersahaja walaupun sebagai kepala negara. Tidurnya pun di atas pelepah kurma yang berbekas di punggungnya.
3. Saat miskin, beliau tetap sabar & menjaga kehormatan, tidak pernah minta. Pernah perutnya diganjal batu agar bisa tetap tegak dgn perut kosong.
Darimana Rasulullah mendapatkan
penghasilannya? Dan dikemanakan saja hartanya? Mari kita lanjutkan...
* Di usia 12 tahun Rasulullah SAW sudah mulai berdagang dengan magang pada pamannya yang memelihara Rasul sejak orang tua & kakeknya tiada.
* Di usia 17 tahun, beliau memutuskan untuk hidup mandiri karena pamannya sendiri memiliki banyak anak & kebutuhan. Rasul berdagang sendiri sejak itu.
Beliau sebagai mudharib (pengelola
aset) dari para pemodal yaitu orang2 kaya di Mekkah & mengelola harta anak
yatim yang dikembangkan.
Julukan al-Amin (yang dipercaya)
diperolehnya dari mitra bisnis dan penduduk Mekah karena perilakunya yang
terpercaya, tidak pernah bohong.


Bukan cuma berdagang di Mekah,
perdagangan internasional ke seluruh semenanjung Arab dijalaninya pada usia
masih sangat muda.
Beliau bisa mendapatkan untung
sampai 2 kali lipat dari pedagang lainnya, sampai pernah diberikan bonus oleh
salah satu investor-nya yang bernama Siti Khadijah.
* Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah dan memberikan 20 ekor unta + 12ons emas sebagai mahar. (Nilainya sekarang ratusan juta lho)
Ini bukti bahwa ia adalah orang yang
sangat kaya di usia 25tahun.
Maharnya saja lebih dari Setengah Milyar jika
dihitung dgn nilai sekarang. !!!
Menikahi orang kaya bukan berarti
beliau duduk santai. Sebagai laki2 yang bertangungjawab, Rasulullah justru
makin giat usahanya.
* Di usia 37, beliau sudah tidak berdagang lagi & hanya menjadi pemodal saja. Sudah bebas finansial di usia 37, subhanallah....!!
Usia 37 beliau lebih peduli tentang
masalah moral, sosial ekonomi masyarakat. Urusan perdagangan ditinggalkan &
berkontemplasi di gua Hira.
* Di usia 40 beliau mendapatkan wahyu kenabian & menyebarkan Islam. Meluruskan moral & akhlak.
* Di usia 53 beliau hijrah bersama para sahabat & meninggalkan harta mereka di Mekah. Start dari awal lagi di Madinah.
Setelah membangun mesjid, pasar pun
didirikan di sebelahnya. Ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi juga harus
diperhatikan.


Sebelum pasar dibuka, para sahabat
bukan sibuk promosi & launching produk. Tapi sibuk beribadah di masjid dan
bertaubat, karena taubat adalah salah satu pintu rezeki.


Income Rasul sebagai kepala negara
adalah dari hasil peperangan, zakat, pajak, dll yang sangat besar. Tapi beliau
pilih tetap hidup sederhana.
Di periode Madinah ini banyak aturan
muamalat yang turun: larangan riba dan pola bisnis yang haram.
Rasulullah
melakukan cek langsung di pasar.


Tahapannya: Membenahi akhlak &
moral selama periode Mekah, lalu membenahi aturan sosial & ekonomi selama
periode Madinah.


Diawali dengan magang (umur 12th),
lalu berdagang (17). Jadi business owner (25), lalu investor (37). Setelah jadi
Rasul (umur 40), beliau jadi regulator.


3thn magang, 8thn dagang, 12thn
owner, 16thn financial freedom-start awal lagi dgn hijrah, lalu 10thn jadi
regulator, motivator, inspirator.
Beliau hibahkan harta keluarganya
& sedekah untuk kaum dhuafa sebelum wafat & tidak meninggalkan harta
waris.


Harta bukan tujuan hidup Rasullullah
sallahualaihi wassalam, ia tolak sogokan emas dari Quraisy. Tapi kekuatan
finansial tetap harus dimiliki agar bisa hidup mandiri.

Semoga kita semua bisa bercermin
dari kehidupan finansial Rasul sebagai salah satu panduan kita dalam menjemput
rizki Ilahi. Amin Ya Rabb...


sumber dari :
http://trimuriana.blogspot.com/2012/02/rosulullah-tauladan-seorang-pedagang.html

ANTI KORUPSI DI CINA

ANTI KORUPSI DI CINA

BEIJING, KOMPAS.com — Pemimpin baru China Xi Jinping memperingatkan, jika korupsi dibiarkan merajalela di negeri itu, Partai Komunis akan kehilangan legitimasi dan kekuasaannya akan ambruk. Demikian pernyataan Xi Jinping dikutip media pemerintah, Senin (19/11/2012).

Dalam bahasa yang lugas—jarang sekali dilakukan seorang pejabat tinggi China—Xi mengatakan korupsi dan suap layaknya belatung yang hidup dalam benda busuk. Kalimat yang dia ucapkan itu adalah sebuah peribahasa China kuno yang berarti kehacuran menanti mereka yang lemah.

"Beberapa tahun belakangan, sejumlah negara bermasalah dengan kemarahan publik, pemberontakan rakyat, dan keambrukan pemerintahan. Korupsi menjadi faktor penentu masalah-masalah ini," kata Xi dalam sambutannya di harapan Politbiro, badan pengambil keputusan tertinggi kedua dalam Partai Komunis China.

"Banyak fakta menunjukkan hasil akhir korupsi adalah berakhirnya partai dan negara! Kita harus melawan!" tambah Xi.

"Belakangan, partai menghadapi masalah disiplin dan hukum serius terkait korupsi yang memberikan efek buruk bagi partai dan sangat mengejutkan rakyat," kata Xi tanpa menyebut insiden korupsi yang disinggungnya.

Namun, semua kalangan memahami, pergantian gerbong kepemimpinan China ini dibayangi kasus Bo Xilai, yang pernah menjadi calon kuat pemimpin China di masa depan. Bo dipecat dari keanggotaan partai dan kemungkinan besar akan menghadapi tuduhan korupsi dan penyalahgunaan wewenang, sementara istrinya dipenjara karena membunuh seorang pebisnis Inggris.

Mengambil contoh kasus Bo Xilai, Xi meminta para pejabat senior partai tidak menyalahgunakan posisi mereka demi kepentingan pribadi. Sebab, Xi menegaskan, para petinggi partai tidak berada di atas hukum.

"Para pejabat harus memperkuat manajeman dan kendali atas hubungan mereka dengan orang-orang yang bekerja dengan mereka," ujar Xi.

Salah satu contoh kasus dugaan korupsi adalah tudingan The New York Times yang menulis PM Wen Jiabao dan keluarganya menimbun kekayaan hingga 2,7 juta dollar AS. Sebuah laporan yang dianggap Pemerintah China terlalu berlebihan.



Pengikut